Minggu, 26 Februari 2012

PERLU ADA PENDIDIKAN PESANTREN TINGGI ...!


UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PESANTREN
PERLU ADANYA KADERISASI GENERASI PESANTREN
BISA KAN MELALUI PENDIDIKAN PESANTREN TINGGI ?
Oleh :
DARSA WIJAYA


                 Di zaman modern seperti sekarang ini, nampak terlihat persaingan hidup di berbagai bidang semakin kuat, tak terkecuali di bidang pendidikan, termasuk pendidikan agama. Beberapa tahun lalu UU Sisdiknas telah mengamanatkan bahwa pendidikan itu dapat di tempuh dengan berbagai bentuk, baik formal, informal maupun nonformal, semuanya harus terakomodir sesuai dengan kebutuhan yang terjadi pada masyarakat kita demi terciptanya sumber daya manusia yang mampu mengimbangi persaingan zaman yang terus berkembang.
        Berangkat dari sebuah penelusuran panjang, didorong oleh rasa kepedulian yang tinggi terhadap pendidikan agama yang dalam hal ini melihat eksistensi pondok pesantren dalam persaingan gelobal sebagai lembaga tertua di Indonesia sunguh sangat memprihatinkan. Kenapa tidak ? pesantren yang jika dilihat dari faktor sejarah adalah merupakan lembaga pendidikan agama tertua tetapi dalam kenyataannya kemajuan itu terkalahkan dengan lembaga-lembaga pendidikan yang baru muncul seperti Madrasah Aliyah, MAK, bahkan lembaga-lembaga lain yang bersifat umum, sedikit demi sedikit generasi usia belajar telah meninggalkan lembaga pesantren dan beralih ke lembaga-lembaga umum yang notabene lebih memprioritaskan untuk pencapaian materi semata tanpa memperhatikan faktor nilai-nilai ilahiyah, mereka lebih melihat belajar untuk mendapatkan ijazah dan pekerjaan di banding belajar untuk mendapatkan kesolehan diri.
        Kalau kita lihat dalam kurikulum sekolah-sekolah umum bahwa pendidikan agama hanya di beri luang 2 jam pelajaran saja dalam satu minggu, hal ini jauh sekali dengan mata pelajaran lain, yang jauh lebih banyak. Ditambah lagi dengan permasalahan personal bahwa tidak semua guru non PAI dapat memasukan nilai-nilai ajaran islam dalam memberikan pelajarannya dengan berbagai alasan tidak ahlilah, bukan bagiannyalah, sudah ada jobnya atau bahkan dengan gampang mengatakan itu bukan tanggungjawab kita, hal ini semakin mempersempit pengetahuan anak didik kita tentang agama, terlebih di luar sekolah mereka sudak tak dapat di giring begitu saja ke lembaga pendidikan agama dengan alasan capelah, tak ada waktulah atau bahkan dengan gampangnya seorang guru mengatakan kalau dia belajar terlalu malam dia tergangu sekolahnya besok, padahal mereka hanya belajar hanya sampai jam 8 malam saja. Disekolah hanya belajar 2 jam saja dalam satu minggu, di rumahnya hanya belajar membaca al Qur’an saja tanpa menggali lebih banyak terlebih ketika tak sedikit guru menganggap bahwa pendidikan secara personal hanya diartikan sebagai transformasi ilmu bukan membuat perubahan peserta didik menjadi lebih baik sementara pergaulan bebas dengan alasan hak azasi manusia, semakin sulit di bendung, hal itu telah menjauhkan agama dari generasi kita. Dan dari jauhnya pendidikan agama telah terjadi berbagai penyimpangan sosial, banyak terjadi kerusakan moral dan akhlaq di kalangan umat khususnya generasi kita.
        Dari sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2008 di beberapa sekolah tingkat SLTP dan SLTA yang dilakukan salah seorang guru agama di sebuah SMK di kabupaten Cianjur bahwa dari 280 siswa/i setelah di data mengenai shalat fardlu saja hanya terdapat di bawah 5 persen saja yang memiliki komitmen melaksanakan shalat fardu secara istiqomah mereka rata-rata dalam satu hari ada saja shalat fardhu yang tertinggal. Setelah di teliti lebih jauh ternyata dari 280 siswa/i tersebut yang masuk pondok pesantren pun dibawah 5 persen saja, mereka yang duduk di pesantren rata-rata dapat melaksanakan shalat fardu dengan lebih baik.
        Kemudian dari sebuah penelitian yang di lakukan oleh sebuah lembaga sosial yaitu Annisa Fondation mengatakan bahwa pada tahun 2006, mereka meneliti selama 6 bulan dari 412 siswi (Tingkat SLTP dan SLTA) dari beberapa sekoah di Kabupaten Cianjur terdapat 42,3 persen mereka sudah tidak perawan lagi akibat pergaulan bebas, hal tersebut tidak bisa kita bantah kerena mereka telah jauh dari pendidikan agama yang memadai.
        Penelusuran lebih jauh juga dilakukan seorang sarjana Kominikasi Islam mengembangkan penelitian mengenai kondisi pesantren saat ini mendapatkan kenyataan bahwa ternyata tidak sedikit pondok pesantren yang mengalami gulung tikar alias bangkrut akibat kehilangan santrinya, pimpinan pesantren harus meminta-minta di jalanan untuk membangun asramanya akibat ekonomi dan sumbangan santrinya tidak mencukupi, ditambah dengan kondisi pesantren yang semakin lama semakin termarjinalkan oleh karena semakin derasnya budaya sekularisme, kafitalisme dan pluralisme yang semakin menjauhkan generasi kita dari kecintaan terhadap agamanya, sebaliknya bangga dengan budaya baratnya yang notabene jauh dari ajaran agama, mulai dari cara berpakaian, gaya hidup, pola fikir dan lain sebagainya`
        Menyusul kemudian terdapat informasi di berbagai media masa baik cetak maupun elektronik, telah banyak menggemparkan masyarakat luas dengan banyaknya pejabat yang melakukan korupsi, para anggota dewan yang saling bertentangan dan saling menghujat itu juga tak dapat kita elak lagi karena mereka sudah banyak meninggalkan unsur agamanya walaupun mereka juga sebagian mengatasnamakan agama, namun kebanyakan mereka itupun hanyalah kedok belaka.
        Sebuah kata-kata bijak mengingatkan kita, orang kafir akan jaya jika mereka sudah meningalkan ajarannya dan orang Islam akan jaya jika dia memegang teguh ajarannya, tidaklah salah bila kita berfikir lain jika sekolah-sekolah umum mereka lebih maju karena mereka memiliki sistem yang berkelanjutan meliliki aturan yang berhubungan, diatur sedemikian rupa, sehingga dapat berjalan terus lebih cepat di banding Pondok Pesantren. Maka pondok pesantren akan lebih maju bila kita pegang pada prinsip-prinsip islam dengan menjadi mujaddid, melakukan perubahan-perubahan yang lebih baik demi masa depan yang lebih cerah.
        Diakui atau tidak, disadari ataupun tidak bahwa tak sedikit lulusan pondok pesantren telah mampu memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perjalanan bangsa ini, oleh karena itu perlu kita tata kembali, mempersiapkan strategi baru menggunakan sistem dan aturan yang lebih baik agar pondok pesantren dapat berkifrah lebih banyak lagi demi terciptanya bangsa yang sejahtera, adil dan makmur.
        Maka dalam hal ini setelah melakukan diskusi dan kajian yang cukup panjang agar  pesoalan-persoalan tadi dapat kia atasi, atau setidaknya dapat di minimalisasi, salah satunya dengan cara berusaha agar pondok pesantren dapat lebih maju lagi, dan untuk hal tesebut perlu ada terobosan baru dalam mencetak profesionalisme pesantren dalam era global diantaranya kami menyusun beberapa strategi peningkatan kualitas sumberdaya manusia di lingkungan Pondok Pesantren dengan mendirikan pendidikan semacam kuliah namun bentuk pendidikan non formal yang di dalamnya mempelajari bagaimana manajemen Pondok pesantren, pengembangan kurikulum pesantren, ekonomi pesantren, pengelolaan keorganisasian pesantren dan lain-lain yang kesemua itu disusun dengan sistematis berdasarkan hasil penelitian dan kebutuhan pesantren, dengan sasaran utama adalah para calon pengelola pesantren, aktivis pesantren atau pengelola pesantren, lebih dari itu pendidikan inipun di jadikan sebagai sarana meningkatkan kebersamaan dengan menyusun strategi menjalin kerjasama antar pesantren baik dalam bidang pendidikan, ekonomi maupun da’wah dan lain sebagainya.
SEPERTINYA TIDAK TERLALU SALAH BILA MELIHAT FENOMENA DI ATAS, KITA DIRIKAN PENDIDIKAN PESANTREN TINGGI SEBAGAI SARANA KADERISASI REGENERASI SDM PONDOK PESANTREN.
Kepada para aktivis dan pemerhati Pondok Pesantren .........! mari kita bangkitkan masa keemasan Pondok Pesantren sebagai lembaga pembaharu peradaban bangsa yang lebih baik.............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar